Nenek Rohayah Terpaksa Makan Rumput karena Miskin
Nenek Rohayah Terpaksa Makan Rumput karena Miskin - Pemerataan kesejahteraan tampaknya masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Di Jember, Jawa Timur, seorang nenek hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Rokayah tinggal seorang diri di Dusun Krajan, Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember, Jawa Timur. Tempat tinggal Rokayah dibangun di atas tanah milik perusahaan perkebunan yang kondisinya jauh dari kata layak.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan, Rokayah mengandalkan belas kasihan tetangga. Terkadang, jika bantuan tetangga telah habis, Rokayah terpaksa mengonsumsi rumput.
Kabar Rokayah, 87, nenek yang nekat makan rumput karena kelaparan asal Dusun Krajan B, RT 02, RW 07, Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Jember menjadi viral di media sosial (medsos). Namun, kabar itu langsung diklarifikasi Pemkab Jember.
Kabaghumas Pemkab Jember Sri Wahyuniatik menyebutkan, Rokayah memakan jenis dedaunan yang biasa disebut sembukan, bukan rumput. Kepada Jawa Pos Radar Jember,Yuni –sapaan karib Sri Wahyuniatik– mengakui, Bupati Faida telah memerintahkan tim gerak cepat yang dibentuk untuk bisa merespons sejumlah persoalan yang dialami kaum duafa. ”Sebab, Beliau (Bupati, Red) masih ada kegiatan kedinasan di Jakarta,” tuturnya.
Yuni mengungkapkan, Faida terkejut saat membaca kabar yang menjadi viral di medsos tersebut. Terlebih, Faida memang concern dan focus mengentaskan persoalan duafa di Jember. Bahkan, saat ini Pemkab Jember tengah mendata lansia dan anak yatim piatu untuk bekal peta pembangunan di Jember. ”Bupati berterima kasih atas kabar yang begitu meski perlu diluruskan,” katanya.
Seperti yang dilaporkan Camat Bangsalsari kepada pihak Humas Pemkab Jember, Rokayah memang pernah mengonsumsi daun sembukan. Saat itu, lanjut Yuni, Rokayah sakit perut dan mengalami masalah pencernaan. ”Orang desa itu yakin bisa sembuh kalau mengkonsumsi daun sembukan,” terangnya. Bahkan, Yuni mengaku juga sering mengonsumsi sembukan. ”Kalau dibuat bothok juga enak,” imbuhnya.
Karena itu, Yuni meminta masyarakat tidak terpancing dengan persoalan yang kemudian membuat salah paham. Meski demikian, dia mengaku berterima kasih atas informasi yang disampaikan masyarakat di medsos.
Dia mendapat informasi dari Dinas Sosial (Dinsos) Jember bahwa janda miskin sebatang kara itu juga penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan sebuah program pemerintah pusat, Kemensos RI, untuk memberikan bantuan finansial. Salah satunya kepada lansia seperti Rokayah. Bahkan, dari program Dinsos Jember soal fakir miskin, yang bersangkutan juga menerimanya.
Yuni kembali mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Jember yang tergerak bersama Pemkab Jember untuk bahu-membahu membantu Rokayah. Bahkan, salah satu perusahaan kayu olahan di Gambirono ikut menyumbangkan material untuk memperbaiki rumahnya.
”Jumat (hari ini, Red) rumahnya akan diperbaiki. Sementara Ibu Rokayah dititipkan di UPT Panti Sosial Trisno Wreda Dinsos Pemprov Jatim,” katanya.
Pemkab menawari Rokayah supaya tinggal di panti jompo dengan jaminan hidup yang ditanggung negara. Apalagi, yang bersangkutan tinggal seorang diri di rumah yang konon tanahnya milik perusahaan perkebunan. ”Karena tidak mau, kami tidak bisa memaksa. Namun, hak jaminan sosialnya tetap kami prioritaskan,” janji Yuni.
Sementara itu, Miskianto, ketua RT tempat Rokayah tinggal, mengaku tidak pernah melihat warganya makan rumput. Saat ditanya, Rokayah mengakui bahwa rumput yang dimaksud adalah sembukan.
”Kalau ditanya bahasa Indonesia, mengakunya rumput. Tapi, saat berbahasa Madura, baru menyebut sembukan. Sebab, dia tidak mengerti pertanyaan bahasa Indonesia,” terangnya.
Soal hidup Rokayah pas-pasan, Miskianto mengakui hal itu. Namun, menurut dia, tetangga Rokayah sering membantu memberikan makanan. ”Saya tegaskan, Rokayah tidak makan rumput. Apalagi karena kelaparan. Kalau miskin, memang iya,” tegasnya.
Kabar seorang wanita makan rumput sempat ramai, termasuk di media. Menyikapi hal tersebut, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember Sigit Edy Maryanto menyebutkan bahwa pemberitaan yang disampaikan di sejumlah media itu memang benar adanya. ”Kami sudah mengecek segala bukti mengenai liputan rekan-rekan media tersebut yang datang ke lokasi,” ucapnya.
Dia menyatakan, dari rekaman, baik suara maupun video, Rokayah memang makan rumput saat kelaparan. ”Namun, tidak setiap hari, hanya saat kelaparan dan tidak memiliki makanan lagi,” imbuh Sigit kemarin.
Apalagi, hal itu diperkuat keterangan bahwa Rokayah mengaku malu jika harus meminjam uang kepada tetangga. Karena itu, menurut Sigit, pemberitaan sang nenek memakan rumput oleh sejumlah media sama sekali tidak melanggar kode etik jurnalistik. Sebab, disampaikan sendiri oleh narasumber serta ada bukti rekaman yang menyampaikan demikian.
Dia menambahkan, sebenarnya ada hikmah di balik semua itu. Apalagi, kini sudah banyak pihak yang membantu Rokayah.
Sumber :
http://www.jawapos.com